Firma akuntansi, Deloitte, baru-baru ini mengumumkan kemitraan dengan Chainalysis untuk menekan kejahatan crypto.
Cointelegraph melaporkan bahwa dalam sebuah konferensi di Washington DC pada 25 Juli, Deloitte akan meningkatkan kemampuan pelacakkan blockchain klien-kliennya setelah bermitra dengan Chainalysis.
Kemitraan ini akan menggunakan kumpulan data blockchain, perangkat lunak analisis, dan program pelatihan dari Chainalysis untuk membantu klien-klien Deloitte dalam kebutuhan forensik, investigasi, dan kepatuhan kripto mereka.
Seorang juru bicara Chainalysis mengatakan bahwa aliansi ini telah direncanakan selama bertahun-tahun, dengan tujuan membantu lebih banyak organisasi mengadopsi teknologi blockchain.
Presiden dan Chief Revenue Officer dari Chainalysis, Thomas Stanley mengatakan bahwa kolaborasi ini ditujukan untuk klien bersama, termasuk lembaga penegak hukum, regulator, dan lembaga keuangan.
Teknologi ini akan diperkenalkan pertama kali di Amerika Serikat, tetapi dapat dengan mudah diadopsi oleh pasar global lainnya.
Dalam sebuah dokumen yang menjelaskan aliansi tersebut, Deloitte mengatakan beberapa tantangan yang dihadapi oleh lembaga pemerintah termasuk penggunaan mata uang kripto untuk menyembunyikan transaksi dan pencucian uang hasil kejahatan.
Deloitte berharap kemitraan dengan Chainalysis dapat membantu mengidentifikasi para pelaku kejahatan crypto dan mengadili mereka dengan efektif, termasuk melacak aliran dana ke entitas berisiko tinggi atau yang dikenai sanksi.
Chainalysis akan bekerja dengan praktik blockchain dan aset digital Deloitte di berbagai risiko kripto dan aset digital, analisis, investigasi, anti-pencucian uang/mengetahui pelanggan (AML/KYC), dan kepatuhan regulasi.
Deloitte baru-baru ini memposting lebih dari 300 lowongan pekerjaan terkait dengan mata uang kripto, 97 di antaranya berbasis di Amerika Serikat.
Pada akhir Februari, Deloitte mengumumkan kemitraan dengan platform Web3 Vatom untuk menyediakan pengalaman imersif untuk berbagai industri.
